Sabda Shangkara - Manajemen bencana atau sering disebut dengan disaster management (DM) sering juga disebut dengan pengelolaan resiko atau disaster risk management (DRM) atau bisa disebut juga dengan risk management. Tulisan ini secara khusus membahas mengenai konsep-konsep menejemen resiko serta perkembangannya. Tulisan ini merupakan hasil dari pertemuan perkuliahan Manajemen Bencana pertemuan kelima.
Agar menjaga keaslian tulisan, penulis mengaktifkan fitur ‘block-false’
yang berujuan untuk mencegah tindak copy-paste tulisan.
Hanafi (2016) mendefinisikan mengenai manajemen resiko.
Menurut hanafi prinsip menejemen resiko meliputi proses (i) identifikasi
resiko, (ii) evaluasi dan pengukuran (iii)
pengelolaan resiko. Dengan demikian, konsep pengelolaan resiko bencana
memiliki proses sebagai berikut
- Penilaian resiko (risk asessment)
- Pengelolaan resiko (risk management)
- Komunikasi resiko.
Dalam perkembangan dan penerapan di masing-masing negara, manajemen bencana dikembangkan dengan basis konsep manajemen secara umum yang pada intinya meliputi planning, organizing, monitoring, dan controling.
Era pra modern dalam menejemen bencana didasarkan atas sejarah-sejarah masa lampau umat manusia. Pada masa ini manusia masih menggunakan teknologi-teknologi kuno dan beberapa bersifat ilahiyat. Sebagai contoh; pembuatan bahtera Nabi Nuh merupakan upaya pengelolaan bencana. Contoh yang lain, pengelolaan bencana yang dilakukan oleh bangsa Asipu di Irak ‘mereka’ menggunaka metode-metode yang kini dikenal sebagai decision analysis atau pendekatan yang diawali dengan menganalisis suatu bahaya kemudian penyusuan alternatif pencegahan, mereduksi sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
2. Masa Modern
Merupakan mode yang paling populer karena terdiri dari
tahap-tahap manajemen bencana yang meliputi emergency, relief,
rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparadness dan early
warning
Model manajemen ini membagi tahap kegiatan di sekitar
bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana,
selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan
dengan disaster management continuum model
Model ini berasumsi seluruh tahap-tahap yang ada pada
menejemen bencana semestinya tetap dilaksanakan pada kondisi daerah rawan
bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah saat bencana
tahap tertentu lebih dikembangkan (relief dan emergency) sementara tahap
lain seperti rehabilitation, reconstruction dan mitigation kurang
ditekankan.
Model ini menekankan ada upaya menejemen bencana mengurangi pada
identifikasi resiko bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard dan
mengembangka kapasitas untuk mengurangi resiko tersebut.
Selain pendekatan-pendekatan diatas, terdapat pendekatan lain yang juga berkembang seperti disaster management cycle merupakan model pendekatan bencana yang yang dikembangkan oleh Stephen Bieri (2003). Stephen menyederhanakan pemahaman tentang pengelolaan bencana, penggunaan model ini mencakup secara keseluruhan pengelolaan bencana yang dibutuhkan berdasarkan tahapan atau kejadian bencana.
C. SIKLUS MANAJEMEN BENCANA
Secara umum disaster management cycle memuat dua kegiatan besar, yaitu pre event dan post event. Kegiatan post dapat berupa disaster response/emergency response atau dalam kata lain diartikan sebagai tanggap bencana ataupun disaster recovery. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat pre berupa disaster preparadness, mitigation, atau reduction.
1. Pencegahan dan Mitigasi
Pencegahan dan mitigasi bencana merupakan tahapan
pengelolaan bencana yang perlu dilakukan setiap waktu untuk mengurangi resiko
bencana yang mungkin terjadi. Pencegahan diartikan sebagai upaya mengobati
bahaya yang sedemikian rupa sehingga akan berdampak pada masyarakat dengan
tingkat bahaya yang seharusnya. Kegiatan mitigasi kebih mengarah pada
penyusunan berbagai kebijakan dan strategi yang bertujuan untuk mengurangi
resiko bencana.
2. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan merupakan strategi penanggulangan bencana yang
dilakukan prabencana saat terjadinya suatu bencana.
3. Tanggap Darurat
Tanggap darurat (response) adalah tindakan yang
segera diambil sebelum dan sesudah dampak bencana yang diarahkan untuk
menyelamatkan nyawa dan melindungi harta benda yang berhubungan langsung dengan
kerusakan.
- Peringatan dini
- Penyelamatan dan Pencarian
- Pengungsian
- Rehabilitasi dan Rekonstruksi
- Tahap pasca bencana merupakan strategi untuk mengembalikan
kondisi seperti sebelum terjadinya bencana. Oleh karena itu tahap ini juga
disebut sebagai tahap perbaikan (recovery).
Beberapa tindakan pasca bencana antara lain;
- Penyantunan dan pelayanan
- Konsolidasi
- Rehabilitasi
- Rekonstruksi
- Perencanaan (planning)
- Pengorganisasian (organizing)
- Kepemimpinan (leadership)
- Pengoordinasian (coordinating)
- Pengendalian (controlling)
- Pengawasan (supervising)
- Penganggaran (budgeting)
- Keuangan (financing)
- Mengarahkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan agar lebih efektif dan efisien
- Pencapaian kegiatan dapat dievaluasi dengan mudah sehingga dapat segera diketahui penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan
- Dapat teridentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengelolaan sehingga dapat segera mencari alternatif untuk mengatasi hambatan tersebut.
1. Jenis Perencanaan Untuk Pengelolaan Bencana
Dalam pengembangan rencana pengelolaan bencana perlu
mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut;
- Fokus kepada strategi yang lebih spesifik
- Proses pelaksanaan sama pentingnya dengan perencanaan
- Masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan bencana
Berikut jenis perencanaan untuk pengelolaan bencana
berdasarkan tahapan didalam siklus pengelolaan;
- Mitigation plan
- Contingency plan
- Operational plan
- Recovery plan
- Pengenalan dan Pengkajian budaya
- Pengenalan ketentraman
- Analisis Kemungkinan Dampak Bencana
- Pilohan Tindakan Penanggulangan Bencana
- Mekanisme Penanggulangan Bencana
- Alokasi Tugas dan Peran Instansi
1. Pemantauan
Pemantauan kegiatan penanggulangan bencana diperlukan
sebagai upaya untuk melihat terus menerus proses penanggulangan bencana.
2. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan realisasi masukan input output dan outcome terhadap rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Comments
Post a Comment
Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.