Tips dan Trik Mengerjakan Skripsi dengan Mudah dan Cepat?!

SABDA SHANGKARA — Skripsi adalah momok menakutkan bagi sebagian mahasiswa, padahal mau tidak mau semua yang terdaftar dan termasuk sebagai masyarakat akademik pasti akan merasakannya juga. Beberapa pandangan teman-teman sekelas tentang skripsi-pun beragam; ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja; resah setiap ada temannya yang posting soal skripsi; bahkan ada juga yang mengimpresi kawannya yang telah menyelesaikan skripsi dengan membenturkannya dengan hal-hal yang jelas tidak ada korelasinya sama sekali dengan skripsi. Misalnya,   “Halah, nanti juga kalau kau cepat lulus pasti bakal nganggur juga,” atau “Buat apa cepat lulus kalau ujung-ujungnya bingung juga.” 

Padahal jika direnungkan lebih lanjut, jelas kedua hal tersebut berbeda antara ‘menyelesaikan skripsi’ dengan ‘urusan karir’. Mengerjakan skripsi adalah bentuk tanggung jawab terhadap founding-mu; terhadap orang tua, lembaga, maupun negara yang telah membiayai pendidikan-mu hingga menjelang semester klimaks. Adapun urusan karir, adalah urusan perutmu, moril-mu, dan segala bentuk timbal balik antara masa pendidikan dengan bagaimana kamu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh untuk urusan-urusan materialmu. Sudah jelas?.

So, ternyata mengerjakan skripsi bukan hanya aktivitas pikiran. Melainkan juga aktivitas sufistik yang melibatkan kesabaran dalam menghadapi cibiran-cibiran maupun suara-suara yang terus berdengung di kepala-mu. Karena skripsi merupakan aktivitas pikiran, hal yang juga diperlukan adalah mencoba untuk berlatih berfikir sistematis, begitupun tulisan ini akan penulis bawakan dengan sistematis. Baca sampe selesai ya, karena membiasakan membaca juga menunjang penelitian-mu loh!.

Bagian Kesatu.

Belajar dari diri sendiri

Belajar Berfikir Sistematis

Melatih pikiran dengan membiasakan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah sederhana dikehidupan sehari-hari juga berpengaruh pada kelancaran aktivitas penelitian. Contoh; Jam 8 pada hari senin ada jadwal kuliah maka aku harus berangkat jam 7 karena jarak tempuh yang jauh dan sebagainya. Setelah perkuliahan selesai, aku harus segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen karena tenggatnya esok hari dan sebagainya. Walaupun demikian, penguasaan keterampilan dalam disiplin waktu juga merupakan hal yang perlu dilatih agar pikiran maupun hidup tidak stagnan.

Mengapa perlu membiasakan diri untuk berfikir sistematis? Karena saat berlangsungnya penelitian, kamu akan kebingungan hal apa saja yang harus kamu kerjakan; apakah penelitian ke lapangan, apakah membereskan data-data lapang kemarin, atau justru memikirkan apa yang harus dilakukan saat dilokasi penelitian. Tentunya, dalam penelitian semuanya harus dapat dipertimbangkan dengan matang; apa kebutuhanmu—maka kerjakan itu.

Menentukan Arah Penelitian

Walaupun penelitian bertujuan untuk menemukan hal baru dilokasi penelitian, kamu tetap memerlukan konstruksi atau bangunan pemikiran yang akan melandasi berlangsungnya proses penelitian dilakukan. Hal ini juga jelas tertuang dalam sistematika penulisan skripsi, kamu tetap membutuhkan serangkaian penelitian terdahulu; teori-teori; dan kerangka lain yang tujuannya adalah memberikan gambaran umum serta senjatamu untuk menganalisa gejala-gejala yang muncul pada subjek maupun objek penelitianmu dilapangan.

Kesalahan umum yang lumrah dilakukan oleh calon peneliti biasanya sekumpulan tinjauan teoritis yang telah ditulis dalam proposal penelitian itu hanya dipahami sebagai prosedur belaka, bukan sebagai serumpun pengetahuan yang dapat mendeskripsikan secara umum berlangsungnya penelitian termasuk hasil akhirnya. Jika demikian, maka landasan teoritis tersebut menjadi hal yang sama sekali tidak berguna. Malah justru semakin mempersulit proses penelitian karena teori-teori yang gagal dipahami oleh peneliti.

Bagian kedua

Setelah prinsip awal sudah terbentuk

Mengumpulkan, Membaca, dan Menulis Kepustakaan.

Untuk mengumpulkan sumber-sumber literatur tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan penelitianmu, misalnya fokus penelitianmu adalah tentang pemberdayaan maka perbanyaklah mengumpulkan skripsi dengan tema serupa, jurnal, artikel, berita atau apapun itu yang relevan dengan penelitian yang akan kamu lakukan. Sebaiknya, pada tahap pengumpulan kepustakaan kelompokan sumber literatur itu berdasarkan jenis, tema, maupun publikasi kedalam arsip yang berbeda. Hal ini akan mempermudahmu dalam membaca seluruh literatur yang telah kamu kumpulkan sehingga konsumsi pengetahuanmu utuh dari hulu sampai hilir.

Salah satu fungsi membaca kepustakaan adalah memperluas perspektif fokus penelitianmu yang akan dilakukan, dengan perspektif yang luas maka data yang akan diproduksi akan lebih terpusat dan tidak melebar. Selain itu, secara prinsip membaca juga memperkaya kebahasaanmu sehingga tidak sulit untuk memulai menulis atau membahasakan semua yang ada dikepalamu, jadi perbanyak membaca ya!.

Bagi yang mempunyai kebiasaan menulis memang sedikit diuntungkan, pasalnya bank kata yang ia miliki sudah cukup untuk tidak menjerumuskannya pada kondisi dimana sudah tidak tahu apalagi yang ingin ditulis. Tapi jangan khawatir, bagi yang bernasib sama seperti penulis yang jarang sekali membaca maka terdapat beberapa trik sebagai berikut.

Membuat Outline Penulisan

Outline adalah gambaran besar tentang hal apa saja yang akan kamu tulis, hal ini diterapkan oleh penulis sehingga tidak banyak waktu yang terbuang karena sibuk berfikir apalagi yang ingin ditulis. Penulisan Outline sebenarnya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Jika kebutuhannya untuk per anak judul dirasa cukup itu sudah bagus, akan tetapi lebih baik jika outline yang dibuat adalah per paragraf karena dalam setiap paragraf memerlukan semacam tali pengikat antara paragraf satu dengan paragraf yang lain.

Pembuatan outline bisa dari mulai umum ke khusus atau dari khusus ke umum, misalnya Bab I Pendahuluan maka bentuk outlinenya; Masalah pendidikan, keterkaitan antara masalah pendidikan dengan grade literasi dan sebagainya. Adapun untuk penulisan outline usahakan untuk tidak terlalu jauh dalam mengaitkan satu hal dengan hal yang lain. Misalnya; membicarakan pendidikan pedesaan akan tetapi menarik datanya dari data pendidikan perkotaan dan tidak difokuskan pada pendidikan pedesaan yang menjadi masalah utama dalam penelitian.

Bagian Ketiga

Isi Sendiri, Jangan Manja!

Comments

Post a Comment

Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.