SABDA SHANGKARA — Skripsi adalah momok menakutkan bagi sebagian mahasiswa, padahal mau tidak mau semua yang terdaftar dan termasuk sebagai masyarakat akademik pasti akan merasakannya juga. Beberapa pandangan teman-teman sekelas tentang skripsi-pun beragam; ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja; resah setiap ada temannya yang posting soal skripsi; bahkan ada juga yang mengimpresi kawannya yang telah menyelesaikan skripsi dengan membenturkannya dengan hal-hal yang jelas tidak ada korelasinya sama sekali dengan skripsi. Misalnya, “Halah, nanti juga kalau kau cepat lulus pasti bakal nganggur juga,” atau “Buat apa cepat lulus kalau ujung-ujungnya bingung juga.”
Padahal jika direnungkan lebih lanjut, jelas kedua hal tersebut berbeda antara ‘menyelesaikan skripsi’ dengan ‘urusan karir’. Mengerjakan skripsi adalah bentuk tanggung jawab terhadap founding-mu; terhadap orang tua, lembaga, maupun negara yang telah membiayai pendidikan-mu hingga menjelang semester klimaks. Adapun urusan karir, adalah urusan perutmu, moril-mu, dan segala bentuk timbal balik antara masa pendidikan dengan bagaimana kamu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh untuk urusan-urusan materialmu. Sudah jelas?.
So, ternyata mengerjakan
skripsi bukan hanya aktivitas pikiran. Melainkan juga aktivitas sufistik
yang melibatkan kesabaran dalam menghadapi cibiran-cibiran maupun suara-suara yang terus berdengung di kepala-mu. Karena skripsi merupakan aktivitas
pikiran, hal yang juga diperlukan adalah mencoba untuk berlatih berfikir
sistematis, begitupun tulisan ini akan penulis bawakan dengan sistematis. Baca
sampe selesai ya, karena membiasakan membaca juga menunjang penelitian-mu loh!.
Bagian Kesatu.
Belajar dari diri sendiri
Belajar Berfikir
Sistematis
Melatih pikiran dengan
membiasakan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah sederhana dikehidupan
sehari-hari juga berpengaruh pada kelancaran aktivitas penelitian. Contoh; Jam
8 pada hari senin ada jadwal kuliah maka aku harus berangkat jam 7 karena jarak
tempuh yang jauh dan sebagainya. Setelah perkuliahan selesai, aku harus segera
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen karena tenggatnya esok hari dan sebagainya. Walaupun demikian, penguasaan keterampilan dalam disiplin waktu juga merupakan hal yang
perlu dilatih agar pikiran maupun hidup tidak stagnan.
Mengapa perlu membiasakan
diri untuk berfikir sistematis? Karena saat berlangsungnya penelitian, kamu
akan kebingungan hal apa saja yang harus kamu kerjakan; apakah penelitian ke
lapangan, apakah membereskan data-data lapang kemarin, atau justru memikirkan
apa yang harus dilakukan saat dilokasi penelitian. Tentunya, dalam penelitian semuanya
harus dapat dipertimbangkan dengan matang; apa kebutuhanmu—maka kerjakan itu.
Menentukan Arah
Penelitian
Walaupun penelitian
bertujuan untuk menemukan hal baru dilokasi penelitian, kamu tetap memerlukan
konstruksi atau bangunan pemikiran yang akan melandasi berlangsungnya proses
penelitian dilakukan. Hal ini juga jelas tertuang dalam sistematika penulisan
skripsi, kamu tetap membutuhkan serangkaian penelitian terdahulu; teori-teori; dan kerangka lain yang tujuannya adalah memberikan gambaran umum serta senjatamu
untuk menganalisa gejala-gejala yang muncul pada subjek maupun objek penelitianmu
dilapangan.
Kesalahan umum yang
lumrah dilakukan oleh calon peneliti biasanya sekumpulan tinjauan teoritis yang
telah ditulis dalam proposal penelitian itu hanya dipahami sebagai prosedur
belaka, bukan sebagai serumpun pengetahuan yang dapat mendeskripsikan secara
umum berlangsungnya penelitian termasuk hasil akhirnya. Jika demikian, maka
landasan teoritis tersebut menjadi hal yang sama sekali tidak berguna. Malah justru
semakin mempersulit proses penelitian karena teori-teori yang gagal dipahami
oleh peneliti.
Bagian kedua
Setelah prinsip
awal sudah terbentuk
Mengumpulkan, Membaca,
dan Menulis Kepustakaan.
Untuk mengumpulkan
sumber-sumber literatur tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan penelitianmu,
misalnya fokus penelitianmu adalah tentang pemberdayaan maka perbanyaklah
mengumpulkan skripsi dengan tema serupa, jurnal, artikel, berita atau apapun
itu yang relevan dengan penelitian yang akan kamu lakukan. Sebaiknya, pada
tahap pengumpulan kepustakaan kelompokan sumber literatur itu berdasarkan
jenis, tema, maupun publikasi kedalam arsip yang berbeda. Hal ini akan
mempermudahmu dalam membaca seluruh literatur yang telah kamu kumpulkan
sehingga konsumsi pengetahuanmu utuh dari hulu sampai hilir.
Salah satu fungsi membaca
kepustakaan adalah memperluas perspektif fokus penelitianmu yang akan
dilakukan, dengan perspektif yang luas maka data yang akan diproduksi akan
lebih terpusat dan tidak melebar. Selain itu, secara prinsip membaca juga memperkaya kebahasaanmu sehingga tidak sulit untuk memulai menulis atau
membahasakan semua yang ada dikepalamu, jadi perbanyak membaca ya!.
Bagi yang mempunyai
kebiasaan menulis memang sedikit diuntungkan, pasalnya bank kata yang ia miliki
sudah cukup untuk tidak menjerumuskannya pada kondisi dimana sudah tidak tahu
apalagi yang ingin ditulis. Tapi jangan khawatir, bagi yang bernasib sama
seperti penulis yang jarang sekali membaca maka terdapat beberapa trik sebagai berikut.
Membuat Outline Penulisan
Outline adalah gambaran
besar tentang hal apa saja yang akan kamu tulis, hal ini diterapkan oleh
penulis sehingga tidak banyak waktu yang terbuang karena sibuk berfikir apalagi
yang ingin ditulis. Penulisan Outline sebenarnya disesuaikan dengan kebutuhan
peneliti. Jika kebutuhannya untuk per anak judul dirasa cukup itu sudah
bagus, akan tetapi lebih baik jika outline yang dibuat adalah per paragraf
karena dalam setiap paragraf memerlukan semacam tali pengikat antara paragraf
satu dengan paragraf yang lain.
Pembuatan outline bisa
dari mulai umum ke khusus atau dari khusus ke umum, misalnya Bab I
Pendahuluan maka bentuk outlinenya; Masalah pendidikan, keterkaitan antara
masalah pendidikan dengan grade literasi dan sebagainya. Adapun untuk penulisan
outline usahakan untuk tidak terlalu jauh dalam mengaitkan satu hal dengan hal
yang lain. Misalnya; membicarakan pendidikan pedesaan akan tetapi menarik datanya dari data pendidikan perkotaan dan tidak difokuskan pada pendidikan
pedesaan yang menjadi masalah utama dalam penelitian.
Bagian Ketiga
Isi Sendiri,
Jangan Manja!
🤟🤟
ReplyDelete