SABDA SHANGKARA — Siapa diantara pembaca yang pernah mengalami kesulitan ketika berbicara dengan informan penelitian?, atau merasa sangat sulit untuk mendapatkan data-data penelitian yang diinginkan?. Padahal, jadwal Skripsi sudah didepan mata ya. Berikut ini ada beberapa tips nih buat pembaca yang mengalami hal serupa dengan penulis, baca sampai selesai ya biar gak gagal faham. Let's go!
Satu: Kuasai Beberapa Trik Dasar Komunikasi.
"Wait, bukannya komunikasi sama dengan ngobrol? Kan tiap saat kita ngobrol, kok harus ada triknya?". So betul juga anggapan barusan, kemampuan 'ngobrol' adalah salah satu gift atau anugrah dari Allah yang mendasari semua hal yang tercipta hari ini, termasuk internet yang digunakan untuk membaca blog ini hihi.
Menurut kawan-kawan Jurusan Komunikasi, sebenarnya komunikasi atau communicate pada intinya merupakan sebuah proses transfer pesan, ide maupun gagasan yang dilakukan oleh source (sumber pesan) kepada receivers (penerima pesan) menggunakan media atau chanel kemudian terjadi feedback (umpan balik). Model komunikasi yang ideal adalah komunikasi transaksional, walaupun dibeberapa kasuistik model linier lebih efektif untuk digunakan.
Mengapa perlu menguasai trik dasar komunikasi?, dengan adanya kesadaran bahwa komunikasi sebenarnya merupakan proses transaksi pesan maka peneliti maupun informan akan bisa menempatkan dirinya diposisi masing-masing. Dalam beberapa kasus, tidak jelasnya pemosisian diri dari masing-masing pihak akan berakibat pada biasnya informasi yang didapatkan dalam proses wawancara.
Dalam komunikasi setidaknya ada dua jenis komunikasi yang berbeda; komunikasi impersonal dan interpersonal. Komunikasi impersonal merupakan model komunikasi yang hanya syarat akan kepentingan konstan, biasanya digunakan oleh para peneliti kuantitatif karena metode ini hanya memerlukan besaran angka-angka dengan jumlah tertentu. Sedangkan didalam metode kualitatif model komunikasi yang digunakan dalam proses wawancara adalah model komunikasi interpersonal karena arah metode kualitatif bertendensi untuk meneliti gejala-gejala abstrak subjek penelitian yang harus diinterpretasikan sendiri oleh peneliti.
Sebagai peneliti, hal yang harus dipelajari paling mendasar adalah keterampilan mendengarkan dengan seksama. Ketrampilan mendengarkan dalam proses wawancara kualitatif merupakan inti dari proses transfer informai. Dalam hal ini jalinan komunikasi antara informan dengan peneliti bisa jadi bukan hanya hubungan antara 'mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi' dengan 'ibu-ibu yang mengharapkan bantuan darinya' melainkan komunikasi yang terjalin juga merupakan proses transfer pengetahuan. Jika peneliti kualitatif berhasil membangun model komunikasi interpersonal dilapangan, biasanya informan juga akan menampakan gejala-gejala emosional seperti sedih, senang, dan sebagainya yang tidak bisa dijangkau oleh penelitian lain selain kualitatif.
Dua: Bangun Mutual-trust.
Pernah enggak sih kita menaruh kecurigaan terhadap orang baru? Atau merasa tidak nyaman saat berkomunikasi dengan orang baru? Tentunya hal ini merupakan naluri alamiah setiap makhluk hidup. Biasanya, kesalahan peneliti umumnya sangat merasa cukup dengan memperkenalkan diri, menunjukan dimana ia berkuliah, dan menyatakan maksudnya. Mungkin cukup untuk penelitian kuantitatif, bagaimana jika yang dilakukan adalah penelitian kualitatif? Mungkin proses membangun saling kepercayaannya bisa memerlukan rentang waktu yang lebih lama.
Untuk membangun kepercayaan dengan informan biasanya para peneliti kualitatif terlibat langsung dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh informan. Misalnya profesi yang digeluti informan adalah sebagai petani maka terlibatlah dalam proses tata kelola lahan, catatlah segala aktivitas yang dilakukan hal tersebut juga merupakan data yang dapat dirangkai melengkapi hasil dari proses wawancara yang akan dilakukan setelah kepercayaan sudah dibangun oleh peneliti.
Tiga: Perhatikan Timeline Wawancara
Ada anggapan bahwa dalam melakukan wawancara idealnya adalah lebih dari 60 menit. Tentunya hal ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut oleh peneliti, hal yang perlu ditanamkan dalam benak peneliti adalah satu informan tidaklah cukup untuk mendeskripsikan seluruh pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti. Maka mintalah rekomendasi orang-orang yang dianggap mumpuni untuk menanyakan hal-hal yang ingin dikonfirmasi lebih lanjut.
Beberapa kesalahan umum juga kerap dilakukan oleh peneliti saat berlangsungnya proses wawancara adalah merasa cukup dengan satu informan. Dari hasil wawancaranya dengan informan yang ditemui secara kebetulan seolah sudah memiliki pengetahuan yang utuh dari lokasi penelitian tertentu.
Empat: Seperti biasa, selamat meneliti!
Membantu banget nih 🙏🏻
ReplyDeleteSalam komunikasi akal sehat
ReplyDelete