Fitnah Dajjal & Anomali Nilai Kiri.

Sabda Shangkara — perkuliahan akan sangat menarik ketika membahas pemikiran-pemikiran bernuansa kiri. Lebih lagi jika dipandu oleh dosen yang memposisikan diri sebagai fasilitator yang lebih cenderung tidak menghakimi dengan cara memberikan ruang penuh kepada mahasiswa, kemudian tidak menentukan arah 'kebenaran' yang hanya diyakini secara sepihak.

Konotasi pemikiran kiri mengarah pada  gagasan-gagasan yang berorientasi pada persamaan derajat, perjuangan sosial, anti-penindasan, dan reformasi. Berbeda dengan pemikiran kanan yang cenderung lebih mengarah pada keteraturan, hierarki, taqlid terhadap wewenang.
Dalam aktivitas belajar mengajar di kampus, mahasiswa yang meyakini dan menerapkan gaya berfikir kiri akan lebih sensitif dengan fenomena-fenomena yang tengah berlangsung disekitarnya termasuk saat berlangsungnya perkuliahan. Kuliah bagi mahasiswa berfikiran kiri bukan hanya sekedar menghadiri ceramah yang diberikan selama beberapa SKS, melainkan kuliah merupakan kegiatan transfer pengetahuan untuk meluruskan sistem yang kurang berpihak pada masyarakat lemah.

Pendidikan yang sehat adalah model pendidikan yang memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih pemahaman mana yang akan dikonsumsi. Posisi pengajar adalah sebagai fasilitator yang harus memfasilitasi jalannya perkuliahan, dengan demkian ketika diskusi dosen boleh terlibat tanpa memaksakan argumennya untuk diyakini benar oleh mahasiswa.

Akan tetapi, agaknya dewasa ini posisi dosen lebih cenderung mencengkram mahasiswa saat berlangsungnya aktivitas perkuliahan. Bahkan dalam beberapa kasus, dosen cenderung merepresi pemikiran mahasiswa yang tidak sejalan dengan apa yang telah dikonsumsi oleh pemikiran sang dosen. Model pendidikan semacam ini lebih cenderung memposisikan dosen sebagai sentral pengetahuan dan tidak dialogis.

Logika berpikir Paulo Freire (Madzhab Pemikiran Kritis) masih sangat relevan untuk membaca model-model pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini. Model pendidikan radikal yang menempatkan peserta belajar sebagai manusia yang utuh beserta life experience, emosional quetient, termasuk hal-hal yang bertendensi "gift" yang lebih bersifat kodrati.

Betapa tidak—pendidikan seperti dua sisi koin yang berbeda (kawan-kawanku lebih suka menyebutnya dengan dunia hitam dan putih, kehidupan biner, sebagian ada yang menamainya sebagai paradox). Pada satu sisi, pendidikan merupakan salah satu alat untuk mencerdaskan dan mengentaskan umat manusia dari gelapnya catatan sejarah peradaban. Maka, urgensi transfer pengetahuan harus benar-benar steril dari kepentingan (value free). Sedangkan sisi yang lain, pengetahuan mulai dijadikan sebagai instrumen penguasaan sehingga pendidikan harus syarat akan kepentingan (value laden).

Membatasi pemikiran merupakan bagian dari penindasan. Seringkali, aku dengar kawan-kawan yang memberitakan kehidupan kampus bahwa dikampus semua aktivitas pembelajaran menjadi tanggung jawab kita sebagai orang dewasa. Diperkuat lagi dengan konsep yang berbicara tentang metode 'andragogy' yaitu metode pembelajaran yang porosnya adalah khalayak. Menurutku, itu bagus. Namun, praktiknya kerap tidak sejalan dengan apa yanh diucapkan. Dosen berbicara tentang kebebasan belajar kepada mahasiswa akan tetapi jika mendengaf ungkapan-ungkapan yang agak berlawanan padahal bermuara pada teori yang sama; ditolak.

Tidaklah disadari, bahwa keaktifan dan keterlibatan mahasiswa dalam materi yang disajikan dalam perkuliahan masih saja menjadi angan-angan saat kontrak belajar. Kesempatan berbicara dan hak prerogatif sebagai 'penentu kebenaran' masih dipegang oleh pewaris tongkat nabi musa. Sayangnya carut marut hal tersebut tidak disadari sebagai cacatnya sistem pendidikan yang tidak mampu memberikan ruang lebih segar, alih-alih berbenah malah lebih memilih menanggapinya sebagai delik penghakiman bahwa peserta belajar adalah seonggok daging yang malas.

Segala carut marut sistem pendidikan di kampus sering dikhutbahkan dimimbar kiri fakultas. Mimbar tersebut seringkali dijadikan media untuk mengeja realitas yang terjadi—tentang segala bentuk penindasan yang juga meliputi tindakan represi terhadap pemikiran dan corak pendidikan yang sentralistik mempunyai relevansi dengan pandangan struktural-konsensus (Pip Jones). Pembatasan dalam berfikir kritis maupun dialektis radikal adalah bentuk nyata dari penguasaan struktur yang mapan.

Padahal, struktur dalam hal belajar mengajar adalah sistem yang tak lebih dari program kebiri massal yang berupaya untuk menggembosi nalar kritis peserta belajar dalam menentukan apa yang dibutuhkan. Kemapanan struktur hanya dipertahankan oleh orang-orang yang merasa diuntungkan, sebagaimana Imam Besar Marx yang mengatakan bahwa keteraturan maupun penyeragaman adalah bentuk nyata dari penghisapan kaum-kaum yang diuntungkan oleh sistem tersebut.

Kini, seolah-olah mahasiswa yang berhaluan kiri yang sama sekali tidak menyetujui penghisapan struktur merupakan momok tersendiri bagi penganut kemapanan budaya penunduk (katakanlah orang dengan pemikiran kanan).

Sepanjang sejarah pertentangan pemikiran, logika pemikiran kiri selalu dilabeli dengan sesuatu yang tidak baik karena selalu diwarnai dengan logika perlawanan. Pelabelan negatif (stereotipe) tersebut tidak lain merupakan 'hantu' yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan golongan kanan. Dominasi pemikiran kanan tetap menjadi candu, padahal kebobrokannya sudah terlihat didepan mata. Contoh sederhana, sikap diam terhadap kasus pelecehan yang dilakukan oleh pemuka agama karena memandang sang pemuka agama adalah keturunan orang yang mentereng.

Kasus-kasus hak asasi lagi-lagi belum bisa dijawab sepenuhnya oleh golongan kanan, malah mahasiswa, buruh, orang-orang tertindas yang berpemikiran kiri akan lebih sensitif dengan kasus-kasus semacam itu dan bergerak sebagai upaya untuk menghapus dosa-dosa dari ketidakpedulian terhadap sesama. Hal ini senada dengan doktrin agama islam yang diceritakan kepada anak-anak bahwa; tangan kiri Dajjal merupakan surga penyelamat bagi umat manusia.

(Tulisan ini masih bisa berlanjut, penulis berharap besar untuk dilanjutkan dimimbar-mimbar diskusi sepenongkrongan.)

Comments