S E B U A H P R O L O G
*Sebuah catatan perjalanan menyusuri jalur pantura Jawa.
Sabda shangkara.com—Dalam setiap perjalanan yang telah ditempuh pasti menyisakan kenangan yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Lebih lagi perjalanan itu ditempuh untuk orang-orang yang dikasihi, orang tua, mertua maupun kekasih. Catatan ini sengaja ditulis sebagai kado dari buah fikir penulis yang dibanjiri doa-doa, tenggelam dalam kerinduan yang tertinggal, dan rekam jejak cerita jalur pantura jawa.
Sabtu (24/09) disela-sela aktivitas yang sangat padat dan rindu yang sudah terlanjur memuncak, penulis menyambangi kekasih di ujung timur Kabupaten Cirebon. Jalur pantura masih menyimpan segudang kenangan yang istimewa bagi sepasang insan yang berseberangan arah mata angin; bagian timur dan barat Cirebon.
Rute yang biasa ditempuh (non-tol) biasanya dari jalur pantura; jarak tempuh berkisar 53 Km. Jika ditempuh dengan bermotor dengan kecepatan standard (40-70 Km/H) waktu yang diperlukan kira-kira 1 jam 7 menit untuk sampai pada tujuan.
Perjalanan dimulai dari kawasan Industri tambang kapur purba; Palimanan. Dibeberapa KM awal dari titik pemberangkatan akan melewati Kec. Jamblang, lajur ini ditandai dengan bangunan-bangunan Deandles pada masa pembangunan jalan pantura era kolonialisme yang masih berlangsung di bumiputera. Selanjutnya akan melewati Kec. Plumbon tempat yang dikenal dengan penghasil kerajinan rotan Cirebon, kawasan ini sudah banyak bermitra dengan konsumen di negara-negara bagian di Benua Eropa. Jika menghendaki Perjalanan dengan cepat, bisa juga melintasi Tol Plumbon dengan pintu keluar tol Pejagan.
Dari Plumbon perjalanan berlanjut hingga melewati Kec. Weru atau daerah yang biasa dikenal dengan 'Trusmi' ya! Sentra pengrajin Batik terbesar di Cirebon, didekat tempat ini didapati sekolah yang pernah penulis sambangi untuk menuntut ilmu. Tidak jauh dari Kec. Weru selanjutnya melintasi Kec. Tengah Tani yang ditandai dengan maraknya grosir kue dan yang paling fenomenal; Empal Gentong H. Apud.
Melewati Kec. Tengah Tani beberapa KM kearah timur didapati Bundaran Kedawung, beloklah kearah selatan. Perjalanan ditempuh masih jauh, dibeberapa Km selanjutnya dapat ditemui kampus-kampus maka tibalah memasuki area sentra pendidikan tinggi kawasan Cirebon Kota. Lurus tetap pada jalur Bypass.
Setelah melewati area pendidikan, akhirnya tiba pada Kec. Harjamukti, Jl. Kalijaga dan Mundu Pesisir yakni kawasan hutan Mangrove yang dilindungi oleh dinas terkait. Penulis pernah terlibat dalam salah satu penelitian mengenai Blue Carbon salah satunya di Kawasan Mundu Pesisir Kec. Mundu. Dari Kec. Mundu perjalanan berlanjut hingga ke Kec. Kanci yang identik dengan persimpangan jalan menuju pesantren Buntet Cirebon dan Sindang Laut, kemudian melewati Kec. Japura, Kec. Pangenan—salah satunya Dusun Kalibangka; dusun yang makmur karena pertanian bawang merah dan garamnya yang melegenda.
Lurus kearah timur melewati Pintu Masuk pesantren Gedongan, dan tidak jauh dari area tersebut akan sampai pada Pasar Gebang, pasar yang menjual aneka tangkapan laut, lengkap!. Berbeloklah ke kanan dari jalur Cirebon-Losari kearah barat, melewati area Gebang, Babakan kemudian Kec. Pabuaran yang dekat dengan RS Waled.
Tibalah pada kawasan Ciledug yang dipenuhi kenangan bagi penulis, fase pendewasaan sekaligus peneguhan hati terhadap pencapaian-pencapaian dalam hidup dirajut dan diperbincangkan disini.
Kecamatan Ciledug merupakan kawasan yang dekat dengan perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat. Beberapa spot yang menarik untuk dikunjungi di Cirebon Timur adalah taman Maneungteung atau Ajimut, selain karena view yang ditawarkan adalah barisan pebukitan yang menurut beberapa warga sekitar adalah bukit yang dahulu terendam air laut, viewnya sangat memuaskan.
Ciledug akan terus menerus disambangi, ciledug menempati kenangan tersendiri bagi penulis. Bunga-bunga bermekaran disana.
(K-D)
Comments
Post a Comment
Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.