S E B U A H P R O L O G
"Three things can trouble the tyrant, the ruler of life: a bad neighbor, and female pencarut. And the three things that will not be at peace in this world without it, namely, security, justice, and prosperity."
- Anonim -
Diskusi bedah buku ‘membingkai kerukunan umat kristen dan
islam’ diselenggarakan oleh owner Caffe Jamur Desa Palimanan Barat Kec. Gempol
Kab. Cirebon pada tanggal 20 Agustus 2022. Diskusi berlangsung selama 120 menit
dipandu oleh penulis; Devida.
Devida atau yang sering lebih akrab dipanggil Kang Devida beliau merupakan pegiat literasi teologis serta pemerhati sosial khususnya dalam konteks keagamaan termasuk implikasinya terhadap kehidupan sosial. Berdasarkan autobiografi yang beliau tulis didalam bukunya, Kang Devida lahir dan tumbuh dilingkungan yang konservan terhadap agama yang ia yakini; islam yang taat. Beliau menyelesaikan studi di Institut Studi Islam Fahmina, Fakultas Ushuludin Jurusan Pemikiran Islam, disamping itu semasa studinya di ISIF beliau pernah aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ia menjabat sebagai mentri luar negeri.
TENTANG BUKU |
|
Judul
Buku |
Membingkai
Kerukunan Umat Kristen dan Islam |
Penulis |
Devida |
Penerbit |
Arti
Bumi Intaran |
Tahun
Terbit |
2022 |
Alamat
Penerbit |
Jl.
Mangkuyudan MJ 3 No 216 Yogyakarta |
Dimensi |
14x20
cm; 100 Halaman |
Penulis memulai diskusi dengan mempresentasikan temuan-temuan lapangnya mengenai pentingnya tinjauan teoritis mengenai 'keberagaman' khususnya di wilayah III Cirebon, ia secara intens meneliti sekup desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
Berdasarkan hasil penelitianya potensi terjadinya konflik antar umat beragama sangat besar, penerimaan sosial terhadap cara hidup toleran tentu melalui proses penyesuaian dalam rentang waktu maupun ruang yang sangat panjang; pecahnya konflik horizontal dan kecurigaan sosial kedua hal tersebut merupakan bentuk nyata dari proses penyesuaian dalam kohesi dan konsensus terhadap keyakinan masing-masing.
Kacamata teoritis ‘interaksionalisme simbolik’ dianggap
paling jernih dan relevan dalam melihat pola konflik, pemicu serta analisis pemecahannya baik itu berupa sentimen sosial yang muncul
kepermukaan antar umat beragama dan sebagainya. Interaksi simbolik adalah konsep yang berfokus untuk mempelajaru proseals interaksi (transaksional) manusia menggunakan simbol-simbol. Secara sederhana,
Devida menjelaskan bahwa penggunaan simbol untuk berkomunikasi ia mencontohkan
seperti proses komunikasi yang terjadi antara seorang anak kecil yang belum bisa
berbicara akan tetapi menyampaikan pesan dasar kepada ibunya.
Interaksi menjadi penting dalam masyarakat yang pluralistik. Interaksi yang intens atau intensitas keterpaparan pesan moderasi akan mengurangi potensi konflik antar agama, sebaliknya konflik akan
terjadi jika pola interaksi tidak berlangsung dengan baik, parameter intensitas
interaksi dalam konteks ini tentunya sangat erat kaitannya dengan konsumsi
opini yang massif. Di beberapa kasus, sentimen disampaikan di mimbar-mimbar
publik sehingga menimbulkan kesan yang diskriminatif.
Padahal, realitas beragama mempunyai dua sisi kebenaran. Kebenaran
teologis adalah kebenaran yang mengikat dan bersifat dogmatis, hal demikian
tentunya tidak dapat digugat karena agama merupakan pemahaman yang
bersifat normatif. Sebaliknya semua agama dunia tentu mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan
hal itu menunjukan bahwa agama juga mempunyai kebenaran secara sosiologis atau secara
sederhana dapat diartikan bahwa semua agama menyatakan konsensus bahwa norma serta nilai-nilai humanisme harus dijunjung tinggi.
Melalui diskusi bedah buku membingkai kerukunan umat kristen
dan islam, Devida berharap semakin banyak orang-orang yang terbuka pemikirannya
dalam menyikapi keberagaman sosial, melalui kesadaran kolektif tersebut diharapkan
muncul pegiat-pegiat moderasi beragama untuk iklim religi negara Indonesia yang
arif.
Menarik
ReplyDeleteDaging semua nih isinya
ReplyDelete