A Journey : Menghimpun Kisah Biru Di Cikeusal.

S E B U A H  P R O L O G




"Inilah pengabdian di jalan yang sepi, jalan yang seringkali tak bertepi."

- Najwa Shihab -



CIKEUSAL—Kembali menjadi arena tempur mahasiswa—bertempur melawan kegelisahan, kegundahan, kebingungan dan segenap permasalahan yang tak kunjung khatam. Cikeusal adalah pelipur lara, gagahnya shaf pebukitan, lembut angin malamnya menyentuh kulit, terik siangnya yang membakar semangat, sorenya yang ceria mengiring tawa anak-anak, lantunan ayat-ayat suci serta terlukis urat muka ketulusan; ya, itu adalah Cikeusal.

Cikeusal adalah tentang keistimewaan; adalah sebidang tanah dengan kisah-kisah biru pada waktu dulu kisah yang tak layak sama sekali untuk dienyahkan dalam ingatan, kisah kedigjayaan-nya terus mengalir deras dalam darah pribumi hingga kini. Eksotisnya Cikeusal, mengilhami kami untuk belajar lebih banyak tentang arti hidup, arti ketulusan serta tentang membela hak-hak sesama manusia.

Agenda Penutupan; Tentang Totalitas dan Kebersamaan.

Kemufakatan membawa tim KKN untuk melaksanakan penutupan pada hari sabtu, 13 Agustus 2022. Perlu kinerja yang panjang untuk mempersiapkan segala keperluan untuk agenda penutupan. Sinergitas dan totalitas semua tim sangat mempengaruhi terhadap hasil yang akan dipertontonkan oleh orang banyak. Semua itu berawal dari Tanggal 01 Agustus 2022, Tim mengawali hari di bulan agustus dengan membentuk divisi kepanitiaan yang diperlukan, ini merupakan taktik atau siasat agar semua tim terlibat aktif dalam perencanaan hingga pelaksanaan agenda penutupan.

Dibentuknya momentum ini berdasar pada tanggung jawab moral mahasiswa agar seluruh rangkaian program yang telah dilakukan selama KKN dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Agenda penutupan diharapkan menjadi ketukan Gong yang dibunyikan setelah dentingan suara gamelan— Gong di bunyikan sebagai pertanda memulai juga mengakhiri dari harmoni, sehingga irama yang dihasilkanpun serasi.

Di tanggal 02 Agustus 2022, salah satu personel tim menemukan gagasan untuk memberikan ruang kepada pelaku UMKM Cikeusal, singkatnya gagasan tersebut disetujui oleh semua personel. Persiapan yang dilakukan antara lain menjalin hubungan baik dengan jaringan-jaringan strategis baik aparatur pemerintah desa dan juga rekan-rekan yang bergerak di jurnalistik. Persiapan ini bermaksud agar potensi Cikeusal bisa diketahui banyak pihak, salah satu harapannya ialah mendukung nafas iklim investasi maupun jaringan kemitraan.

Mengurai kisah yang pernah digubah dalam memotret pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) salah satu pelaku usahanya yaitu :

Meneladani Semangat Bu Saminah.


Fajar sayu, tapi tidak dengan semangat ibu Saminah. Usianya kian dimakan hari tapi tidak dengan semangatnya—semangatnya terpelihara dan terus membara dalam menghidupi keluarga.
Ia memulai aktivitasnya sejak jagad masih murung, masih mempersiapkan diri untuk menerangi semesta termasuk Ibu Saminah. Dengan tertatih, menyalakan kayu bakar yang ia kumpulkan dari kebun kemarin, mengupas singkong, kemudian merebusnya.

Di suatu kesempatan, aku tanyai Ibu Saminah. Ia bercerita tentang masa lalu, mengajak-ku untuk terlibat didalam kisah hidupnya. Ia bercerita, tepatnya 15 tahun yang lalu ia menafkahi keluarga menggantikan suaminya yang sedang dilanda sakit. Sebagai seorang istri, ia mengabdi tanpa tapi kepada keluarga menghidupi anak-anaknya dari hasil jerih payah ia membuat olahan singkong.

Singkong dan tanah rupanya mempunyai kisah tersendiri bagi ibu saminah, singkong baginya adalah jalan untuk melanjutkan hidup disamping orang-orang menganggapnya sebagai pangan orang pinggiran, tidak bergizi lebih-lebih makanan orang modern, akan tetapi Ibu Saminah tetap teguh pada pendiriannya dan tak acuh pada kicau burung-burung yang menyesakan hati.

Dari singkong, anak-anaknya bisa bersekolah mengenyam pendidikan ikhtiar dalam memperoleh pengetahuan baik formal maupun keagamaan. Semangat Ibu Saminah menggambarkan membaranya tekad hidup masyarakat Cikeusal, masyarakat yang arif dan bijaksana yang demikian tentu berkat jasa leluhur dan semangat masyarakat dalam menjaga keluhuran nilai-nilai keagamaan, salah satunya;

Cikeusal; Sebagai Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.

Cikeusal tak pernah sunyi dari kumandang adzan, tak pernah sepi dari lengkingan ayat-ayat menyebut Asma-Nya dengan khidmat, juga tak pernah kurang dari sepoi yang dihasilkan oleh langkah gibas sarung menuju surau-surau menghadap-Nya.

Cikeusal saat Malampun tak pernah hilang gemerlap dari lantunan-lantunan memuji kekasih-Nya, merapal do'a yang ditujukan untuk keselamatan dunia dan hidup dalam ke-kekalan abadi.

Semuanya, memadu dan berdentingan bersama membentuk peradaban Cikeusal yang beradab. Membekaskan kenangan kepada siapapun yang memasukinya. 

—Khaerul Fadlilah—

Tulisan ini di dedikasikan untuk kawan-kawan saya yang sudah merampungkan aktivitasnya di desa Cikeusal.
Kawanku :
1. Khaerul Anam Almusafa
2. Hatta Syafi'i
3. Nudza Ainandeka de Fatih
4. Dadan
5. Fatimatuzzahro
6. Saela Ayu
7. Ulfa Nur Fadilah
8. Afiatun nisah
9. Ilah lailatul mahmuda
10. Anis Lestari
11. Veranika
12. Intan Mustika
13. Zahroturrifqoh
14. Giovanni
15. Sisi Nadia
Semoga nasib baik selalu membersamai kalian.
Juga terkhusus untuk sang kekasih;
'Diah Nurul Hidayah'
Yang menyambangi ketika daku berproses, terimakasih banyak.

Comments

  1. Anonymous8:50 AM

    Gaya penulisannya indie banget min wkwk

    ReplyDelete

Post a Comment

Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.