Sabda Shangkara – Halo, Bung & Sus. Bagaimana kabarmu hari ini? mudah-mudahan
sehat selalu dan jangan lupa protokol kesehatannya ya.
So, basically penulis merupakan seorang pembelajar yang
berkutat dalam disiplin ilmu-ilmu sosial. Dalam bersosial tentunya mempunyai
aspek-aspek penting seperti ekonomi, kebudayaan dan juga politik, aplikasi
pengetahuan penulis tentu dikaitkan dengan isu yang terdekat dengan kehidupan
penulis sendiri yaitu; pertanian. Pertanian yang dimaksud bukanlah pengetahuan
pertanian secara teknis mengenai bagaimana cara untuk memproduksi pupuk kimia walaupun
akan sedikit menyinggung mengenai hal tersebut akan tetapi pertanian yang dimaksud
meliputi strategi bertahan hidup suatu masyarakat, strategi masyarakat dalam
mempertahankan apa yang ia miliki, dan apa saja produk-produk yang dihasilkan
oleh ‘peradaban pertanian’ disuatu wilayah.
Memahami pertanian secara utuh tentunya sangat diperlukan
dewasa ini, mengingat bahwa pertanian merupakan basis ketahanan ekonomi maupun
pangan suatu negara. Beruntunglah Indonesia termasuk negara agraris yang mana
pertanian merupakan sumber penghasilan mayoritas warganya, akan tetapi bagaimana
nasib petani sekarang ini? apakah angin segar modernisasi yang dinikmati oleh ‘orang
kota’ juga dirasakan oleh petani? Segenap pertanyaan-pertanyaan tersebutlah
yang akan memandu kita memahami lebih dalam mengenai pertanian.
(Bagian Satu)
Mengapa pertanian
menjadi sumber mata pencaharian kebanyakan di Indonesia?
Berdasarkan beberapa sumber literatur negara tercinta kita
ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, tercatat sebanyak 17.499
pulau yang membentang dari Sabang sampai Meroke. Luas negara Indonesia sendiri
seluas 7,81 Juta kilometer persegi (km2) yang terdiri dari 3,25 juta km2
adalah luas lautan dan 2,55 Juta km2 merupakan Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) yakni zona yang luasnya 200 mil yang di ukur dari garis dasar
pantai, didalam kawasan ZEE negara berhak atas kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, bebas bernavigasi, melakukan penerbangan diatasnya bahkan melakukan
penanaman kabel dan pipa. Maka selain negara agraris, Indonesia juga dijuluki
sebagai negara maritim yakni negara yang sebagian besar wilayahnya berupa
lautan.
Menurut Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia memiliki luas
daratan seluas 1.922.570 km2 sedangkan untuk area laut Indonesia
seluas 3.257.483 km2 maka jika di total hasilnya 5.180.053 km2 sedangkan
menurut Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi negara
Indonesia memiliki luas 8.300.000 km2 menurut data yang diperoleh
BPS tahun 2010 luas lahan pertanian di Indonesia di perkirakan seluas 9.295.385
ha.
Terdapat beberapa faktor yang menjadikan negara Indonesia
merupakan negara agraris, salah satunya adalah kondisi iklim di Indonesia
merupakan iklim tropis dikarenakan Indonesia masuk terdapat pada kawasan
tropika atau terletak di sekitar garis ekuator yakni diantara garis lintang
23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU. Selain itu, kondisi tanah di negara
Indonesia memanglah subur beberapa faktor yang menyebabkan kesuburan tanah
adalah karena pengaruh dari aktivitas gunung berapi, mengapa? Karena kandungan
letusan gunung yang berupa abu vulkanik mengandung mineral dan unsur hara tanah
sehingga tanaman akan lebih cepat tumbuh.
Apakah bertani itu
menguntungkan?
Dalam proses belajar penulis mengenai ‘mengukur keuntungan’
yang diperoleh dari aktivitas pertanian disebut dengan valuasi ekonomi, cara
ini sering digunakan dalam penelitian-penelituan ilmiah khususnya dalam ‘menakar
kesejahteraan’ masyarakat. Untuk menjawab soal tersebut di perlukan klasifikasi
petani itu sendiri misalnya petani gurem yakni petani yang biasanya memiliki lahan
kurang dari 0,25 ha, ada juga petani penggarap yang berarti ia menggarap atau
menyewa lahan dari orang lain bahkan ada juga kelas petani berdasi sebutan ini
biasanya di peruntukkan orang-orang yang memiliki lahan tanpa melakukan
aktivitas langsung.
Dari ketiga kelas petani tersebut tentunya mempunyai
pendapatan yang berbeda-beda, tentu karena ketiganya mempunyai
perbedaan-perbedaan yang meliputi; luasan tanah, akses terhadap pasar, dan
biaya produksi dari masa persiapan lahan yang digarap hingga waktu panen tiba
dari faktor tersebut sudah memungkinkan untuk mempunyai penghasilan yang
berbeda.
Kelas petani kecil yang biasanya mempunyai lahan 100 bata
atau setara dengan 1,400 m2 bahkan di bawahnya mencari penghasilan
tambahan biasanya dengan berternak hewan konsumsi. Untuk memudahkan, kita bagi
sumber pendapatan petani kecil berdasarkan perolehan laba, untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari sambil menunggu masa panen petani kecil akan berdagang,
penghasilan bulanan dari hasil panen yang akan ia bagi untuknya dan persiapan
untuk masa tanam berikutnya, sedangkan untuk penghasilan tahunan petani
biasanya memelihara hewan ternak yang ia jual ketika momentum hari raya idul
adha.
Kelas petani kecil juga akan menekan biaya produksi
seminim-minimnya dengan cara ia terlibat lebih banyak secara langsung mengurusi
lahannya daripada menggunakan jasa buruh tani, di kawasan lereng gunung Ciremai
pola tanam petani yang memiliki lahan sempit tidak monokultur atau menanam satu
jenis tanaman komoditi melainkan polikultur yakni menanam tanaman yang berbeda
baik secara temporal (pada waktu yang berbeda) maupun spasial (pada tempat yang
berbeda)
(Bagian Dua)
Masalah-masalah
apa saja yang kerap ditemui di sektor pertanian?
Menurut petani kecil, pertanian sekarang merupakan pekerjaan
yang sangat rentan untuk mengalami kerugian. Sekarang ini, awal tahun 2022
petani mengeluhkan kenaikan harga pupuk yang melambung sangat tinggi hingga
berkali-kali lipat, hal ini karena susahnya untuk mendapatkan pupuk yang
bersubsidi. Hal ini tentu berpengaruh pada penambahan biaya produksi lahannya,
sedangkan ketika panen kerap kali harganya anjlok karena kelebihan stok dan
tidak semua petani yang memiliki akses langsung terhadap pasar kebanyakan dari
mereka menjual hasil tanamnya ke tengkulak dan pendapatannya minus dengan modal
produksinya.
Selain pupuk, sektor pertanian juga kerap bersinggungan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, di suatu wilayah petani sayur di lereng gunung di batasi aksesnya dikarenakan lahan garapan mereka mengalami perubahan kepemilikan dari Perhutani ke Taman Nasional. Di satu sisi pengkonservasian hutan sangat penting dilakukan untuk kelestarian ekosistem hutan, di sisi yang lain berakibat cukup fatal untuk masyarakat yang mendulang rezeki di kawasan hutan tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang memutuskan untuk menjadi penambang batu padahal itu bukan basis pengetahuan mereka akibatnya aktivitas tambangpun sangat beresiko kecelakaan kerja.
- Draft -
Comments
Post a Comment
Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.