S E B U A H P R O L O G
"Siapa yang memiliki tanah berarti ia memiliki pangan, siapapun yang memiliki pangan maka ia memiliki kehidupan."
Dewasa ini isu lingkungan sering kita dengar di meja-meja rapat, meja kopi, warung lesehan, pangkalan ojek, samping rumah sakit, gedung-gedung tinggi, kampus-kampus, pabrik-pabrik, perumahan dan sebagainya. Kesadaran mengenai urgensi lingkungan yang bersih tumbuh seiring munculnya dampak-dampak dari tercemarinya lingkungan yang kian di rasakan oleh manusia.
Barangkali yang menambah 'gairah' untuk mempersoalkan kembali mengenai isu lingkungan adalah banyaknya aktor-aktor yang bermain di dalamnya, dengan demikian kita seolah-olah berada pada labirin kebingungan yang mencari apa dan siapa yang paling bertanggung jawab untuk dipersoalkan. Beberapa tokoh bilang bahwa kekacauan yang terjadi sekarang ini merupakan dosa turunan dari pembangunan untuk stabilitas bahkan kemajuan sebuah negara atau bahkan perilaku kita sendiri.
Saya teringat, ketika itu dosen di salah satu forum perkuliahan membahas mengenai fungsi dari pembangunan beliau mengatakan bahwa pembagunan itu memiliki dua (2) fungsi yakni; fungsi laten dan fungsi manifest. Fungsi manifest merupakan sesuatu yang muncul dengan terencana seperti keterkaitan antara pembangunan kawasan industri dan penyerapan tenaga kerja, sedangkan fungsi laten adalah sesuatu yang muncul dengan tidak terencana sama sekali seperti munculnya bencana alam, kerusakan ekosistem, dan hal-hal lain yang pada kemungkinannya tidak di prediksi sama sekali.
Ini bukan semata-mata menyuburkan paradoksa pemahaman, bentuk bentuk laten dari proyeksi pembangunan di perkaya dan di perluas cakrawalanya oleh pelbagai pihak—dan salah satunya oleh social worker—tentunya itu bukan satu-satunya jalan untuk menuju kondisi yang sesuai terhadap apa yang manusia butuhkan. Terdapat banyak sekali madzhab-madzhab pemikiran baru yang mengelaborasi lingkungan dari berbagai sisi.
Terdapat beberapa madzhab pemikiran yang saya kira menjadi penting untuk kita ketahui dari banyaknya teori yang mengklaim diri sebagai 'jalan terang' mengenai lingkungan;
Yang pertama adalah pendekatan lingkungan hidup (Pengikutnya sering disebut environtmentalis) menurut freire atau dalam literatur lain di bahasakan dengan istilah thingking green pendekatan ini mengacu pada pemecahan masalah lingkungan dengan tidak bersifat antroposentris dan lebih bersifat teknis seperti pengentasan masalah polusi dengan teknologi antipolusi, hilangnya alam liar dengan kawasan konservasi.
Sedangkan pendekatan yang kedua adalah pendekatan green atau perspektif green thought pendekatan ini bertendensi pada sesuatu yang lebih bersifat radikal teori ini berpandangan bahwa kekacauan yang terjadi adalah akibat dari konsekuensi orde sosial baik itu bidang politik, ekonomi yang sangat mencolok tidak berkelanjutan karena itu pendekatan ini menuntut perubahan-perubahan.
Comments
Post a Comment
Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.