Sebuah Fase Menuju Kedewasaan.

Teman-teman pembaca masih ingatkah ketika dahulu di masa kecil kita mengidam-idamkan agar bergegas untuk dewasa, lengkap dengan bekerja di mana, sebagai apa bahkan di umur yang masih seumur jagung salah satu kawan kecilku dahulu sudah memikirkan pernikahan dia dengan si-doi lantaran di pojokkan oleh kawan-kawan lainnya.

Entah bagaimana rasio kita bisa mencapai hal sedemikian rupa yang kita anggap sebagai sesuatu yang indah. Lambat laun, seiring dengan bertambahnya nominal usia serta berubah-ubahnya pola fikir, menjadikan kita lebih luas dalam melihat realitas. 

Penulis menginjak usia hendak dua puluh tahun, ketika tulisan ini di ketik di masa-masa gabutnya jam 11.42 PM masih berumur 19 tahun. 

Tulisan ini menyoroti kedewasaan dari perspektif pribadi dan lebih bertendensi pada kedewasaan sikap, bukan dewasa menurut regulasi—misalnya keputusan rapat kamar perdata adalah 18 tahun—tentunga kedewasaan bukan hanya menyoal hal demikian, lebih daripada itu menjadi dewasa adalah merupakan kongklusi dari serangkaian proses-proses yang panjang.

Penulis menganggap bahwa pada usia 20 tahun maka bagi para penyandangnya terdapat beban moril untuk tidak melakukan hal-hal yang dianggap menyimpang oleh norma atau kebiasaan dari komunitas tertentu. Peraturan-peraturan yang tersirat tersebut, rupanya diam-diam menggerogoti pemikiran penulis.

Ya! menjadi dewasa adalah tentang menerima konsekuensi, berani menanggung segala resiko terhadap apapun yang sudah di perbuat, mampu membaca situasi dan lain-lain. Menjadi dewasa juga merupakan sebuah perspektif yang sangat serius untuk menentukan keputusan-keputusan vital di dalam hidup.

Akan tetapi, dunia pemikiran dewasa bukan hanya menyoal mengenai kontemplasi—walaupun tidak semua orang merasa memerlukannya—ada tipikal orang yang menurutnya tidak harus dengan perenungan panjang untuk menjadi sebuah pribadi yang bisa memberi keputusan secara praktis dengan pertimbangan yang matang.

Tipikal orang semacam ini mempunyai beberapa kemungkinan; diantara faktor-faktor lain, menurut penulis faktor yang paling menonjol adalah empirisme orang tersebut lebih banyak. Peninggalan dari hal hal yang sudah pernah di lalui adalah sensasi berupa kata-kata yang tidak pernah terucap.

Comments