(REFLEKSI) KECEMBURUAN

1. Aku Pen-Cemburu.


"Kenapa kamu tidak seperti mereka?" Pertanyaan yang terlihat sederhana ini menurutku sangat sulit di jawab, terlebih jika problem yang sedang di bahas adalah mengenai persoalan-persoalan aksi sosial yang di canangkan untuk perubahan tatanan ruang hidup di sekitar—setidak-tidaknya—beberapa radius dari rumah tempat tinggalku, atau sekup desa.

Melihat kawan-kawan yang lain sudah sangat baik langkah-langkahnya dalam mengaplikasikan teori-teori yang di dapat dari bangku sekolah atau perguruan tinggi. Tidak jarang diantaranya memberikan tips-tips sukses tentang 'menjadi pengorganisir masyarakat' atau sebagai kelompok yang 'peduli sosial'

Pernyataan-pernyataan mengenai sejuta teori sebanding dengan satu aksi kiranya menjadi tamparan keras bagi diri penulis, dependensi penulis dalam 'meniru' kelompok-kelompok pemantik aksi sosial progresif dengan corak yang berbeda tentunya belum menemui titik terang, pada permulaan bersinggungan dengan praktik sosial, ternyata responnya sangat jauh dari yang di perkirakan sebelumnya, pandangan-pandangan miring di lencangkan ketika anaknya (teman sejawatku) dan beberapa kolega yang saya ajak untuk menyumbangsikan sedikit masa hidupnya untuk melek persoalan yang ada di lingkungan hidup sendiri, yang mana hal ini tidak ada satu agenda yang berhasil.

Fikiran saat itu hanya tertuju pada 'imitasi' kawan-kawan lain hingga output dari kegiatan itu seakan-akan menjadi hal yang sangat mempunyai kedudukan di masyarakat—jauh dari hal demikian—masyarakat (bahkan mahasiswa atau kalangan akademisi) di kampungku bergegas menutup diri. Saya yang sedang di landa gulana seperti itu sempat memikirkan hal apa yang menyebabkan kurangnya daya tanggap masyarakat terhadap isu-isu dalam dunia sosial.

Faktor lingkungan sangat menentukan sikap masyarakatnya, hal ini selaras dengan kajian-kajian dari antropologi yang membahas mengenai 'pengaruh lingkungan' dalam perilaku sosial dan membentuk kebudayaan-kebudayaan

Comments