Maha cinta Sang Kudus.


 Perihal cinta, yang tuhan sematkan pada hambanya untuk keharmonisan semesta. Ia Laksana air, menyesuaikan pada nurani jiwa. Esensinya membawamu Menangis kala insan sedang tersenyum manis, membawanya meratap kala insan sedang berharap, dan yang mengantarkannya pada biru kala ia sedang kelabu.

 Perihal bahagia, yang tercipta atas rasa yang begitu membunga. Seraya rasa bertasbih pada sang pencipta, atas wujudnya rapalan di tengah malam.

 Perihal perih, yang kerap kali cinta sematkan pada akhir di sebuah pertemuan, ada kata yang terbungkam kala bunyi melintasi tenggorokan, rasa hendak menjelaskan sebelum ia berubah menjadi air mata kerinduan.

 Ah. Dihardik cinta adalah sebuah siksa, apalagi aku diratap rindu yang kian menjadikanku sebagai pencemburu. Jangan salahkan aku yang dilanda Resah tiap waktu, aku tak berniat sedikitpun mengganggu.

 Aku hanya teringat dibawa olehmu mengelilingi bahtera asmara, mengenalkanku pada setiap denting dalam nada nada cinta, juga mempersembahkan padaku tentang harmoni yang mengantarku pada bahagia.

 Dikau ajarkan setiap huruf yang berbeda, bisa dirangkai menjadi kalimat yang padu dan bermakna. Begitu yang kau ajarkan mengenai saling menerima, bagaimana aku cegah hati mendamba? Bagaimana aku palingkan muka dari ketakjuban bijakmu, dinda.

-Disuatu tempat, dibawah pelangi-

Comments