Hendak ku menjerit,
Tapi akal menyadarkan
Bukan itu
Hendak aku merengek.
Hati berbicara,ah Anda terlalu peratap tuan.
Lantas siapa yang hendak ku puja.
Siapa yang kerap mendengar rintihan di semai sepi?
Seketika, semesta datang dengan wajah yang murka.
Seperti hendak menyadarkan bahwa ada jiwa yang dipenuhi kenapa
Ah. Benar saja, ada yang lebih penting dari kenapa ternyata.
Aku melupakan menerima yang kerap mengajarkan bahwa hidup bukan saja mengenai kenapa dan kenapa
Bukan saatnya..
Saat hanya berharap mendekap bantal di antara Terbit dan senja
Bukan lagi .
Dan bukan lagi..
Merengek menangisi apa yang terjadi, Hidup kadang memang tak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi menerima menjadikan kita menyukai apa yang sekarang kita punya.
-Disuatu tempat, dibawah pelangi
Comments
Post a Comment
Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.