Jadwal Sempro Mundur Semangat Mahasiswa Nglantur | Curhatan Mahasiswa PMI IAIN Cirebon

SABDA SHANGKARA - Kamil mahasiswa semester 7 hanya bisa gigit jari setelah mendengar kabar bahwa jadwal sidang proposal diundur hingga bulan Februari tahun 2023. Kabar tersebut beredar dari informasi yang disampaikan oleh staf pengganti Admin Jurusan PMI. 'Ceunah', kabar tersebut mengguncang semangat beberapa mahasiswa PMI Di Cirebon.
Dok. Pranata

Kamil (21) merupakan mahasiswa yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Cirebon merupakan tempat tinggal kedua bagi Kamil, pasalnya ia sudah belajar di Cirebon Sejak 5 tahun silam. Kamil memulai karir pendidikannya dengan mesantren disalah satu pesantren ternama di Cirebon. Selama meninggalkan Malang, Kamil seolah terdisrupsi oleh budaya yang mapan di Cirebon, dapat diamati dari Bahasa Jawa yang Kamil gunakan sehari-hari, benar-benar nyaris hilang aksen 'Arek Malang' karena saking lamanya di Cirebon.

"Haduh, gimana ya, makin lama dong saya di Cirebon." Keluh Kamil saat berbincang dengan Shangkara.com kamis lalu.

Sejak mesantren di Cirebon, Kamil hanya sesekali saja bertolak ke Malang. Sebagai perantau wajar saja kalau merindukan kampung halaman, rindu berkumpul dengan keluarga, saudara dan segala hiruk pikuk dikota asalnya. Tetapi, kerinduan itu bagi Kamil bukan hanya soal perasaan. Rindu perlu dituntaskan dengan segera, berapapun harganya!.

"Padahal tuh ya, saya udah antusias mau ikut seminar proposal dalam tahun ini. Saya sudah banyak ikut kegiatan-kegiatan yang menunjang biar saya bikin proposal gak bingung dan bisa lebih mempersingkat." Lanjut Kamil.

Kamil berharap banyak dari pengumuman yang tertera diformulir (G-form) pendaftaran yang dikeluarkan secara resmi oleh jurusan. Diformulir tersebut tertera bahwa seminar proposal diselenggarakan sebanyak 2 gelombang dalam setiap bulan tepatnya diminggu kedua dan keempat. Akan tetapi semangat tersebut gugur lantaran kabar tersebut ditimpali dengan kabar burung yang beredar akhir-akhir ini.

Bukan hanya Kamil, bisa dikatakan seluruh mahasiswa semester tujuh Jurusan Pengembangan Masyarakat juga merasakan kekecewaan karena sudah banyak waktu yang dikorbankan untuk mengerjakan serumpun persyaratan agar dapat meraih gelar S.Sos dengan tidak mengulur-ulur waktu.

Beberapa waktu yang lalu, Fatur juga bercerita ke Shangkara.com tentang draft pencapaian yang ingin ia raih ketika setumpuk aktivitas perkuliahan telah rampung. Menurut Fatur, jika kuliahnya sedikit ngaret maka kesempatan dalam bersaing didunia kerja pun turut mengecil, karena bersaing dengan angkatan-angkatan muda nantinya.

"Saya pengen lulus cepet, biar ga pusing. Sudah saatnya meniti karir bukan saja ngurusin pendidikan." Celoteh Fatur kepada Shangkara.com (4/11/22)

Sebagai anak laki-laki yang sangat diharapkan oleh keluarga, Fatur merasa jika terus menerus dikampus adalah termasuk kesalahan. Ketidakpuasan Fatur dalam kebijakan yang diambil jurusan itu ia sering luapkan di warung-warung kopi tempat kawan-kawan satu semesternya berkumpul.

Dengan ini, kabar burung yang bikin sesak nafas itu benar-benar menjadi ancaman yang nyata bagi mahasiswa angkatan pre Covid-19 ini. Tentu mahasiswa yang berusaha secepat mungkin agar skripsinya cepat diuji dan lulus tepat waktu. Tentunya dorongan mahasiswa untuk bergegas sidang disesuaikan dengan motif yang bermacam-macam; ada yang merindukan kampung halaman, ada yang merindukan masa dimana bisa membantu ekonomi fiskal orang tua, dan sebagainya.

Terlepas dari sudut pandang mahasiswa, pihak Jurusan juga seharusnya menerima suara-suara sumbang mahasiswa yang sudah lagi tidak bisa fokus ke kuliah-kuliah yang diberikan dosen yang tidak Linier, menyaksikan dosen yang membolos jam mata kuliah, dan segala carut marut sistem birokrasi kampus yang sangat-sangat minim kualitas pelayanannya. 

Comments

  1. Mahasiswa dan hal hal yang tak nampak saat skripsi.

    ReplyDelete

Post a Comment

Kritik dan diskusi adalah kekhasan budaya akademis yang harus dirawat, maka tinggalkan jejak anda disini.